From Hero To Zero

Akhwatmuslimah.com – Biasanya yang kita baca dari judul sebuah buku adalah “From Zero To Hero”. Tapi bukan tidak mungkin, para da’i yang semula memang dari Zero to Hero, lalu berubah menjadi Hero to Zero. Yang semula bertahan hijrah ke jalan kebenaran. Eh, berbalik hijrah ke jalan kejahiliyahan. Karena, siapa sih yang bisa mengetahui, bahwa kita akan menjadi muslim selamanya sampai mati atau menjadi aktivis dakwah selamanya. Ali bin Abi Thalib yang termasuk 10 sahabat yang dijamin masuk surga, selalu gelisah tidak tenang, karena dirinya pun tidak mengetahui, apakah akan bisa mati dalam keadaan muslim atau tidak. Nah, apatah lagi kita, yang tidak dijamin masuk surga. Masih bisa merasa aman ? :)

Apa yang bisa menyebabkan Hero ini menjadi Zero ? Yang pasti dan sudah tidak bisa ditawar lagi adalah mulai lepasnya ikatan hati, lepasnya ketergantungan hati kepada Allah SWT. Mulai melirik-lirik dunia, tidak lagi takut mati. Orientasi hidupnya sudah mulai bergeser. Sedikit demi sedikit. Setahap demi setahap. Persis langkah-langkah syetan. Atau menurut bahasa agama, terkena penyakit Wahn, cinta dunia dan takut mati. Dan hati-hati, Wahn ini ganas, bisa menyerang siapa saja. Kecuali hamba-hamba Allah yang mukhlis.

Hubbud dunya bagi setiap manusia tentu berbeda-beda. Diuji sesuai keimanannya. Diuji sesuai dengan apa yang paling dicintainya, yang paling diharapkannya, yang paling dicita-citakannya. Jadi renungkan saja di diri masing2 :). Dan khusyuk itu sangatlah sulit, kecuali bagi orang2 beriman yang memang telah Allah SWT teguhkan hatinya.

Dalam suatu kesempatan seorang sahabat Nabi SAW yang bernama Ibnu Mas’ud ra bertanya kepada Nabi SAW:
Ya Nabi SAW, amalan apa yang paling disukai Allah SWT ? Nabi SAW menjawab,
“Sholat tepat pada waktunya”.
Ibnu Mas’ud bertanya lagi, ” kemudian apa lagi ?”.
Rasulullah SAW menjawab “berbakti kepada orang tua”.
Ibnu mas’ud bertanya lagi,
“kemudian apa lagi ya Rasulullah ?”.
Rasulullah SAW menjawab “Berjihad di jalan Allah”.
Hadist diriwayatkan oleh mutafaqalaih

Dengan melihat urutan jawaban dari RAsulullah SAW, maka kita dapat mengetahui bahwa,
Yang pertama, adalah tentang ibadah yang terkait erat dengan akidah. Kenapa ibadah shalat? Karena Shalat adalah pembeda antara muslim dan kafir. Antara mu’min dan munafiq.
Yang kedua, adalah tentang akhlak. Kenapa akhlak kepada orang tua? Karena orang tua adalah manusia yang paling berjasa besar dalam hidup kita. JAdi kalau dengan orang tua saja, tidak bisa membalas jasa, tidak bisa berbakti, tidak bisa berakhlak baik, maka apatah lagi kepada manusia lainnya yang notabene tidak akan pernah bisa meraih jasa seperti orang tua kita.
Yang terakhir, barulah berjihad. Yang di dalamnya tentu ada unsur dakwah, memperjuangkan dan membela agama Allah.

Jadi, kalau kita mengaku aktivis dakwah, tapi ibadahnya tidak karuan, akhlaknya buruk, maka sebenarnya kita termasuk manusia yang tertipu, ghurur. Panjang angan-angan. Dan jangan harap bisa bertahan lama di jalan dakwah dan jihad.

Inilah pentingnya berjamaah, pentingnya bergaul dengan orang-orang sholeh. Seperti cermin. Ada yang mengingatkan, ada yang menasehati, dst. Dan hamba Allah SWT itu, bukanlah yang tidak pernah berbuat salah dan dosa. Tapi hamba Allah SWT itu adalah yang ketika ia berbuat dosa, ia segera sadar dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Jadi, ingat…, ingat…, jangan coba-coba melirik dunia karena jika sudah terkena, akan sulit untuk kembali menjadi Hero, kecuali atas izin Allah SWT. Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati. “Wahai Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu.” (HR. Tirmidzi, hasan).



Ingat, waspadalah! Waspadalah! (Seperti di acara TV :) ) [ayatalakrash]

Share this post

scroll to top