Kutunggu Undangan Pernikahanmu!

Ilustrasi. (Foto: chinabuy.co.il)

Ilustrasi. (Foto: chinabuy.co.il)

Akhwatmuslimah.com – Ide membuat tulisan ini muncul secara tiba-tiba karena diskusi dengan beberapa teman melalui dunia maya tentang pernikahan. Maklum mereka masih single.

Saya sedikit bisa memahami kondisi sahabat-sahabat saya tadi. Tidak lebih dari sekedar pengalaman. Soalnya dulu, waktu belum menikah, memang seringkali pembicaraan kami dengan teman-teman yang awalnya serius berbelok arah menjadi diskusi tentang pernikahan.

Diskusi dan semangat bolehlah. Hanya saja, ternyata tidak semua siap merealisasikannya. Di sisi lain, tidak juga sedikit yang menikah hanya dengan ketergesaan saja tanpa menyiapkan segala sesuatu.

Padahal, pernikahan hakikatnya adalah sesuatu yang sangat serius. Tidak hanya dilalui untuk semalam dua malam saja, melainkan suatu komitmen dan ikatan suci yang berupa perjanjian agung dari dua hati yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.

Allah berfirman,

Maka bagaimana kamu mengambil darinya, padahal sebagaian kamu telah bergaul satu sama lain (sebagai suami istri) dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil darimu perjanjian yang kuat.

Saking besarnya urusan pernikahan, maka hal ini akan sangat menentukan kehidupan masa depan kita, baik di dunia maupun di akhirat.

Seorang wanita, akan sangat tergantung dengan suaminya karena laki-laki adalah pemimpinnya.

Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita karena Allah telah melebihkan dari mereka (laki-laki) atas lainnya (wanita), dan mereka (laki-laki) telah menafkahi dari harta mereka.



Kesalahan dalam mencari pemimpin, tentu akan berakibat fatal. Bahkan tidak sedikit wanita sholehah dan baik-baik menjadi futur hanya karena suaminya yang kurang baik.

Terlebih lagi, banyak dalil yang menunjukkan bahwa wanita itu secara qodrati lemah. Maksudnya bahwa, mereka hendaknya diperlakukan dengan cara yang baik. Oleh karena itu mereka memerlukan lelaki sholeh yang mampu membimbing mereka untuk senantiasa istiqomah di atas kebenaran

Rasulullah bersabda dalam hadits bukhari yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,

Berwasiatlah kepada wanita. Karena sesungguhnya wanita terbuat dari tulang rusak, dan yang paling bengkok dari tulang rusuk bagian atasnya. Jika engkau luruskan maka engkau mematahkannya. Tapi jika engkau tinggalkan, maka ia tetap bengkok. Maka berwasiatlah dengan wanita.

Hal ini tidak serta merta menunjukkan bahwa wanita lemah dalam segala hal. Bahkan seorang laki-laki akan menjadi begitu lemah di hadapan wanita. Seperti halnya wanita, laki-laki begitu tergantung dengan wanita. Maka sifat kasih sayang antara suami istri perlu ditumbuhkan.

Selain itu, dalam hal kesehariannya, bahkan urusan publik sekali pun, tidak sedikit laki-laki yang menjadi besar atau bahkan begitu hina hanya karena seorang wanita.

Lihatlah betapa banyak, penguasa atau mereka yang punya harta dan jabatan yang tumbang karena perselingkuhan mereka, atau karena istrinya yang tidak mendukung tugas sang suami.

Sebaliknya, tidak sedikit orang yang menjadi besar, karena hebatnya wanita yang ada di belakang mereka. Seringkali kita mendengar idiom yang mengatakan, di belakang laki-laki yang sukses, terdapat seorang wanita yang hebat.

Oleh karena itu, benarlah ajaran islam yang menuntunkan agar umatnya memilih pasangan karena agamanya.

Rasulullah bersabda,

Nikahilah wanita karena empat perkara, karena kekayaannya, karena nasabnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka nikahilah karena agamanya, maka engkau akan menempelkan tanganmu dengan tana (beruntung).

Kriteria yang sama hendaknya digunakan oleh wanita ketika menentukan pilihan terhadap  lelaki yang datang untuk melamarnya.

Makanya, kepada wali mati hendaknya memilihkan anaknya suami yang bagus agama dan akhlaknya sebagaimana hadits Rasul,

Jika datang melamar kepadamu dari laki-laki yang engkau ridhoi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia. Jika tidak maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang nyata

Segeralah Menikah

Besarnya urusan pernikahan, bukan seharusnya membuat para pemuda yang ingin menjaga kehormatan dirinya menunda-nunda pernikahan. Apalagi jika alasannya hanya karena ingin kuliah S-2, punya pekerjaan tetap, kaya dulu, dst.

Padahal, sebenarnya mereka sangat membutuhkan pernikahan tersebut. Apalagi secara usia dan pendidikan sudah cukup matang. Apa lagi sebenarnya yang menghalangi seorang yang sudah lulus sarjana untuk meraih kemulian ini.

Tidakkah ia ingat bahwa begitu banyak dalil yang menuntunkan agar ia segera menikah. Misalnya hadits rasul,

Wahai para pemuda, barang siapa diantara kalian yang sudah mempunyai ba’ah (kemampuan), maka hendaklah ia menikah, karena hal itu lebih menjaga pandangan dan kemaluan. Barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena ia merupakan perisai.

Memang terkadang niat itu menjadi maju mundur. Ada beberapa hal yang membuat kita takut.  Muncul pertanyaan, nanti istri saya mau dikasih makan apa. Apalagi nanti jika sudah punya anak, dan hal-hal lainnya yang menjadi godaan syaithon.

Padahal sungguh, Allah telah berfirman,

Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang sholeh dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Dalam surat yang lain Allah berfirman,

Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah maka Allah keluarkan ia dari segala masalah, dan diberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Dalam ayat yang lain, Allah juga berfirman,

Barang siapa yang bertaqwa, maka dijadikan dari urusan kemudahan.

Maka apa lagi yang membuat kita untuk ragu menikah, jika ada keimanan di hati. Sementara orang yang tidak beriman saja diberikan rejeki oleh Allah, apalah lagi mereka yang menginginkan senantiasa berada dalam ketaatan kepada-Nya.

Bahkan dari pernikahan ini keberkahan demi keberkahan akan menghampiri hidup kita. Sungguh, tidaklah sedikit pun pernikahan akan menghalangi kita untuk menuntut ilmu, mencari rejeki atau melakukan hal-hal bermanfaat lainnya. Justru pernikahanlah yang akan memberikan semangat yang lebih.

Lagi pula sudah sangat banyak cerita bagaimana keluarga mereka yang sekarang sukses dulunya dilalui dengan penuh perjuangan. Bahkan dari keluarga kita sendiri, coba lihat. Apakah kakek atau orang tua kita dulu menikah setelah mereka benar-benar mapan.

Tentu tangis dan derai air mata menjadi hiasan dalam hidup mereka. Indah. Begitu terasa ketika semua dilalui. Hanya saja, kita sering beralasan bahwa jamannya sudah berbeda. Padahal sebenarnya tidak sama sekali. Kita tetap punya Rabb yang satu, Allah. Yang akan menjami rizki semua makhluk.

Wahai sahabat, sungguh, mereka yang tidak pernah merasakan derita di masa lalu, akan sulit untuk mensyukuri nikmat dan kondisi yang dialaminya.

Dalam suatu keluarga yang dibangun dari nol, ikatan cinta akan semakin begitu kuatnya. Mereka tersatukan karena keinginan untuk merengkuh ridho Allah. Dengan keyakinan bahwa Allah akan membantu dirinya, maka mereka pun yakin dan pasrah.

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman,

Aku sesuai dengan prasangka hambaku kepadaKu, jika ia berprasangka baik maka baginya kebaikan, maka janganlah berprasangka kepada Allah kecuali dengan yang baik.

Dengan pernikahan ini, mereka mengharapkan agar ibadah mereka semakin terjaga. Jauh dari maksiat, dan mengikuti sunnah nabi.

Rasul bersabda,

Pernikahan adalah sunnahku, barang siapa yang membenci sunnahku, maka bukan dari golonganku.

Selain itu, masih sangat banyak manfaat lainnya dari pernikahan. Misalnya urusan anak, insyaAllah nanti anak-anak kita bisa tumbuh bersama ketika kita masih kuat.

Ada juga yang berfikir bahwa jika pun sudah mampu, maka ia juga perlu membantu keluarganya. Padahal sebenarnya, jika saja dikomunikasikan dan ia mendapatkan pasangan sholehah, insyaAllah menikah dan juga membantu keluarga tidak bertentangan sama sekali. Justru akan terasa keberkahan dari harta yang dimiliki.

Selain alasan sebagaimana disebutkan di atas, tidak juga sedikit saya menemukan mereka yang menunda-nunda menikah, akan tetapi ia sibuk berpacaran. Saya tidak habis pikir dengan mereka, siap berpacaran dan tidak mau segera menikah.

Ujung-ujungnya berbagai keharaman pun dilanggar. Wanita sering kali menjadi korban yang paling dirugikan.

Sungguh, kita perlu menyadari bahwa ada dua keadaan yang terjadi pada mereka yang lebih memilih berpacaran daripada menikah. Jika bukan karena tidak paham agama, maka kemungkinan kedua adalah mereka bukanlah orang yang baik dan siap bertanggungjawab.

Masih banyak sebenarnya yang ingin saya sampaikan melalui tulisan ini. Tetapi, untuk sementara kami mencukupkan sampai di sini. Semoga kita semua bisa merenungi kembali hikmah di balik pernikahan.

Mereka yang sudah menikah, hendaknya kembali mengevaluasi diri, supaya tetap berada dalam idealisme awal. Agar keluarga ini bisa dibangun atas dasar iman.

Sementara yang belum menikah, bersegeralah. Laluilah cara-cara yang syar’i, insyaAllah keluarga sakinah mawaddah warahmah akan menjadi nyata. Sungguh teman, ingin sekali kukatakan, ku tunggu undanganmu!

Delhi, Di malam yang indah, Ba’da Isya [Akhwatmuslimah.com]

Sumber : gondayumitro.staff.umm.ac.id

Share this post

scroll to top