Kisah Keajaiban Sedekah yang Dialami Oleh Agus Kuncoro

agusAkhwatmuslimah.com – Hidup selalu penuh dengan keajaiban. Dan bagi Agus Kuncoro, keajaiban itu selalu dipetiknya dari kebiasaan bersedekah. Ia memiliki konsep tersendiri dalam mendermakan sebagian harta kepada mereka yang memerlukan. “Seperti makan, apabila jarang dikeluarkan kita akan sakit. Rizki demikian, kita diberi terus, tetapi jarang disedekahkan yang ada Allah akan mengambil dengan lebih banyak lagi,” kata pemeran Azzam dalam sinetron reliji Para Pencari Tuhan (PPT).

Bukan sekedar berbicara, karena Agus membuktikannya dalam kehidupan nyata. Suami dari Anggia Jelita ini sering merasakan keajaiban ketika ia bersedekah. Bahkan pada awal 2008 lalu, setelah mendermakan 50% honor dari membintangi film Kun Fayakun, ia mendapati keajaiban yang paling dinanti-nantinya selama usia pernikahan tiga tahun, seorang bayi perempuan jelita yang lahir pada 12 Mei 2008 dan diberi nama Kunkeira Gayla.

“Kejadiannya setelah membintangi Kun Fayakun. Produser film ini, Ustadz Yusuf Mansur, menyarankan untuk mendermakan sebagian dari honor. Kata beliau, jika saya punya keinginan kuat untuk memiliki anak, sebaiknya termin (honor) terakhir jangan diambil,”

Pria kelahiran 11 Agustus 1972 ini lalu menyetujui. Tak dinyana, sebulan kemudian, Anggia, sang istri menelepon dan mengabarkan jika ia positif hamil. Kejadian ini membuat keyakinan Agus semakin menebal akan ajaibnya sedekah. Meski demikian, sedekah bukanlah hal baru bagi pria Madiun-Jogja yang besar di Jakarta ini.

“Mulanya pada tahun 2002,” Agus memulai kisah. Pria yang kerap tampil dengan rambut gondrong ini mengakui titik balik hidupnya terjadi pada tahun 2002. pada tahun itu, ia menjumpai musibah demi musibah mendera hidupnya.

“Mulai dari banjir semata kaki di lantai dua. Trus ibu dan bapa meninggal, tak lama saya putus dari pacar, saudara-saudara jauh semua. Pada saat yang sama saya kerja di PH semua tokoh saya di PH itu juga dimatikan. Saya kos, dan kamar kos saya kebakaran,”

Agus lalu mendatangi seorang Ustadz mengadukan masalah-masalahnya. Simpel saja, sang Ustadz hanya menepuk paha Agus seraya berkata “Kamu pelit sih!” kontan hal itu membuat Agus terkejut. Ia merasa hidupnya tak pelit-pelit amat. Kadangkala ia menyumbang pada orang-orang yang tidak seberuntung dirinya. Menurut Ustadz yang didatanginya seharusnya setiap menyumbang semestinya ia ber-ijab-kabul serta diniatkan untuk sedekah.

Sejak saat itu ia lalu mulai rajin bersedekah. Menerapkan ijab-kabul serta menguatkan niat bersedekah. Satu per satu lalu kesulitan hidupnya mulai menemukan ujung. Mulai dari pekerjaan, kehidupan pribadi, dan bahkan ia dapat membangun kembali rumahnya di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.



“Bahkan pada saat saya menunda-nunda untuk bersedekah, sesuatu kerap terjadi. Saya pernah mengalaminya, suatu ketika hati saya menyuruh untuk bersedekah tetapi saya malah menundanya. Tak lama, Allah menegur saya dengan kecelakaan motor hingga saya berdarah-darah,” beber Agus.

Pria yang jarang mudik karena mengaku ‘sudah tak punya kampung’ ini percaya kejadian itu tak terjadi dengan kebetulan, tetapi akibat ia melalaikan kata hati untuk bersedekah. Sepulang dari rumah sakit, ia lalu langsung bersedekah. “Seyogyanya sedekah itu sudah bukan lagi kewajiban, akan tetapi hak bagi kita. Jika sudah sampai pada pemikiran dan konsep seperti itu, cihuy banget,” kata Agus.

Rampung dengan film Kun Fayakun di awal 2008, Agus mendapati pengetahuan baru bahwa bersedekah juga mesti tepat guna, kepada orang-orang yang dilihat dan didengar susah, dalam lingkungan terdekat kita. “Selama ini kita bersedekah pada orang-orang yang nun jauh disana. Anak yatim piatu dimana atau bahkan panti asuhan yang jauh semisal di Papua Nugini,” katanya, tertawa.

Mengenai nominal jumlah yang disedekahkan, Agus memiliki konsep yang unik.

“Di dalam dompet kita itu kan biasanya ada beberapa macam uang, dari seratus ribu sampai nominal terkecil. Alhamdulillah sejak dijalani dari proses-proses awal sekarang sudah sampai pada proses yang paling besar aja yang masuk masjid (disedekahkan ke masjid, red). Karena di Al-Quran itu kan janji-janji Allah banyak, ibaratnya kita berdagang dengan Allah,” tandasnya. [Akhwatmuslimah.com]

 

Sumber : itsmeitet.wordpress.com

Share this post

scroll to top