Menilik Jejak Islam di Perancis (Bag-1)

Chateau de Pau

Chateau de Pau

Navarenx

Navarenx

Sauveterre De Bearn

Sauveterre De Bearn

Sauveterre De Bearn

Sauveterre De Bearn

ST Jean Pied De Port

ST Jean Pied De Port

ST Jean Pied De Port

ST Jean Pied De Port

ST Jean Pied De Port

ST Jean Pied De Port

Gereja masjid Pau

Gereja masjid Pau

Akhwatmuslimah.com – “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”. (QS.Al-Mulk(67):15).

Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (QS.Ali Imran(3):137).

Semenanjung Iberia ( Spanyol dan Portugal ) bagi sejarah perkembangan Islam di Eropa memiliki arti yang sangat besar. Ini adalah pintu gerbang bagi masuknya ajaran yang disampaikan melalui nabi terakhir, Muhammad saw pada tahun 600-an ini ke belahan bumi bagian barat.

Sejarah mencatat bahwa hanya berselang tak lebih dari 100 tahun sejak wafatnya Rasulullah saw, Islam telah masuk ke seluruh semenanjung Iberia.  (Bandingkan dengan ajaran Nasrani yang dibawa Isa as. Ajaran ini baru diakui 300 tahun setelah wafatnya sang rasul. Itupun setelah diselewengkan pula).

Tidak hanya semenanjung Iberia, bahkan pasukan Islam dibawah pimpinan Musa bin Nushair dan Tariq bin Ziyad yang menaklukkan semenanjung tersebut pada tahun 711 M ini nyaris memasuki jantung Perancis pada tahun 732 M. Ini terjadi di masa pemerintahan Umar bin Abdul Azis. Ia memulai penyerangan dari pegunungan Pirenea yang menjadi batas antara Spanyol dan Perancis. Setelah Bordeaux ditaklukkan, Tours adalah kota sasaran berikutnya. Namun tampaknya Allah swt saat itu belum mengizinkan ajaran Islam masuk ke negeri yang saat ini menjadi salah satu lambang pusat mode dunia ini. Pasukan Islam dikalahkan pasukan Perancis dibawah Charles Martel  di Poitiers.

Padahal sebelumnya pasukan ini terlihat tak dapat dibendung.  Septimania, yaitu 7 propinsi Gaul, diantaranya adalah propinsi Aquitaine, Roussillon dan  Narbonne yang terletak di sepanjang laut Mediterania serta propinsi Alpen Maritim di perbatasan Italia dengan Perancis tenggara, jatuh secara berturut-turut sejak tahun 714 M. Narbonne  pada tahun  719 M, Carcassone dan Nimes pada tahun 725 M. Toulouse yang sekarang menjadi satu dari lima kota terbesar Perancispun tak luput dari ancaman. Begitupun Arles dan Provence bahkan hingga Atun dekat kota Lyon, yang terletak jauh di jantung Perancis. Belum lagi sejumlah kepulauan di laut Tengah ( Mediterania ) seperti Sisilia dan Sardinia (Italia), Korsika ( Perancis) dan Majorika ( Spanyol) yang jatuh pada tahun 800-an.

Kekuasaan Islam di Perancis Selatan secara umum memang tak lebih dari 50 tahun. Yang terakhir adalah Narbonne yaitu pada tahun 759 M. Kota ini bahkan selama 40 tahun sempat menjadi satu dari lima ibu kota kerajaan Kordoba, disamping Toledo, Zaragoza, Kordoba dan Merida.

Tapi tak urung peristiwa bersejarah ini ternyata terukir dalam di hati Napoleon Bonaparte ( 1769 – 1821), raja Italia sekaligus kaisar Perancis penakluk benua Eropa.



Berikut pengakuan Bonaparte mengenai Islam :

“Musa telah menerangkan adanya Tuhan kepada bangsanya, Yesus kepada dunia Romawi dan Muhammad kepada seluruh dunia…Enam abad sepeninggal Yesus bangsa Arab adalah bangsa penyembah berhala, yaitu ketika Muhammad memperkenalkan penyembahan kepada Tuhan yang disembah oleh Ibrahim, Ismail, Musa dan Isa. Sekte Arius dan sekte-sekte lainnya telah mengganggu kesentosaan Timur dengan jalan membangkit-bangkitkan persoalan tentang Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Muhammad mengatakan, tidak ada tuhan selain Allah yang tidak berbapa, tidak beranak dan “Trinitas” itu kemasukkan ide-ide sesat…Muhamad seorang bangsawan, ia mempersatukan semua patriot.Dalam beberapa tahun kaum Muslimin dapat menguasai separoh bola bumi… Muhammad memang seorang manusia besar. Sekiranya revolusi yang dibangkitkannya itu tidak dipersiapkan oleh keadaan, mungkin ia sudah dipandang sebagai “dewa”. Ketika ia muncul bangsa Arab telah bertahun-tahun terlibat dalam berbagai perang saudara”…..

(hal 105 dari “Bonaparte et L’Islam” oleh Cherfils).

Sebagian sejarahwan bahkan berani menyatakan bahwa pada bulan Juli 1798 ketika Bonaparte berada di Kairo, ia menyatakan ke-Islam-annya di hadapan Sultan Kairo ketika itu… Wallahu’alam ..

Sejarah juga tidak lupa mencatat bahwa selama periode tersebut orang-orang Yahudi dan Kristen tidak pernah dipaksa meninggalkan agama mereka. Sebagai bentuk ketundukkan mereka terhadap pemerintahan Islam mereka hanya diwajibkan membayar jiziyah. Ini adalah semacam biaya perlindungan sebagai ganti zakat, infak dan sedekah yang dikeluarkan umat Islam. Dakwah yang sepertilah yang ternyata justru mampu menaklukkan hati mereka.

Tampaknya ini yang menjadi penyebab utama mengapa Narbone begitu sulit direbut kembali oleh Perancis. Diperlukan waktu 7 tahun lamanya agar kota ini kembali ke pangkuan. Karena justru rakyatlah yang membela pasukan Islam dan tidak menginginkan kembali masuk ke dalam wilayah pemerintahan Perancis. Padahal sebetulnya hanya sebagian kecil saja warga asli Narbone yang masuk Islam. Ini adalah bukti betapa adilnya hukum pemerintahan Islam terhadap warga walaupun berbeda agama.  Subhanallah ..

Memang nyaris tak ada catatan resmi tertulis tentang peninggalan Islam di kota-kota tersebut. Namun demikian ada saja sejumlah bangunan di beberapa kota yang tampaknya tidak mampu di hapuskan begitu saja dari sejarah. Paling tidak pengaruh budaya Islam Andalusia yang ketika itu sedang berada dalam masa keemasannya masih terlihat.

Di ujung selatan antara Perancis dan Spanyol sebelah timur laut terdapat sebuah wilayah bernama Catalan dalam bahasa Perancis  atau Llivia dalam bahasa Spanyol.  Ternyata kota ini dulunya pernah memiliki nama khas Arab yaitu  Medinet-el-bab yang artinya adalah kota gerbang.  Ketika itu kota ini memang berada di bawah kekuasaan Munuza Utaman Abu Nâsar, seorang panglima Umayah yang mendapat perintah menaklukan kepulauan Sardinia di Italia ditahun730 M.

Menurut kabar, panglima ini menikahi gadis cantik putri bangsawan Perancis Aquitaine yang bernama Lampegie. Sayang cintanya yang begitu besar membuat diri sang panglima menjadi buta dan lalai. Ia dilaporkan berkhianat terhadap tugas negara  hingga akhirnya harus dibunuh.

Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu’min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mu’min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (QS. Al-Baqarah(2):221).

Kota Ramatuelle

Kota Ramatuelle

Berikutnya adalah Ramatuelle. Ini adalah sebuah kota kecil yang terletak di Provence, Alpes Cote d’Azur, salah satu propinsi Perancis Tenggara. Kota yang terletak tidak jauh dari St Tropez, kota di pantai Mediterania yang menjadi tempat tujuan para selebritis ini ternyata menyimpan sebuah rahasia.

Kota ini terletak di pegunungan massif bernama Les Massif De Maures. Banyak sejarahwan mengatakan bahwa nama ‘Maures’ digunakan karena keberadaan orang Maures yang pada abad 8 hingga 9 banyak menempati daerah tersebut. Maures adalah orang-orang Arab Islam Spanyol yang dulu menempati Andalusia.  Sedangkan nama kota Ramatuelle aslinya dulu adalah Rahmatullah,  sebuah nama Arab yang berarti kasih sayang Allah!

=====

( Bersambung )

=====

Sumber : vienmuhadi

Share this post

scroll to top