10 Tips Haji/Umrah Bagi Muslim Indonesia

Ilustrasi. (Foto : puskeshaji.depkes.go.id)

Ilustrasi. (Foto : puskeshaji.depkes.go.id)

Akhwatmuslimah.com – Saat Ramadhan, setiap tahunnya begitu banyak muslim Indonesia yang memadati Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Mereka akan menjalankan ibadah umrah, di Saudi. Umrah Ramadhan memang padat peminat, mungkin karena pahalanya setara dengan pahala haji. Ada yang setengah bulan, ada pula yang sebulan penuh dan kembali setelah Idul Fitri.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui muslim Indonesia bila belum pernah melaksanakan haji atau umrah, apa saja itu?

1. Tidak perlu membawa air zam-zam dari Mekkah ke Madinah. Di Madinah tersedia air zam-zam yang berlimpah, sebagaimana halnya di Mekkah. Air tersebut tersedia di dekat pilar-pilar masjid Nabawi, sebagaimana di Masjidil Haram.

2. Penduduk Madinah menjuluki Masjid Nabawi sebagai Al-Haram, sebagaimana penduduk Mekkah memiliki Masjidil Haram. Jangan bingung dengan petunjuk jalan yang bertuliskan Al-Haram di Kota Madinah, karena maksudnya adalah Masjid Nabawi.

3. Suhu udara di kompleks Masjidil Haram sangat bervariasi. Bagian basement hangat sepanjang hari, demikian pula lantainya. Bagian paling atas yang beratapkan langit sangat dingin pada waktu shubuh. Bagian tengah atau lantai 1 dan 2 juga dingin karena AC dan kipas yang bertiup hampir dari semua arah untuk mendinginkan orang yang berthawaf.

4. Di Masjidil Haram, untuk mendapatkan tempat duduk menjelang shalat fardhu begitu sulit. Bagian bawah, di mana Ka’bah terlihat langsung, didominasi oleh orang Afrika. Mereka tidak segan untuk menyelip di antara dua orang yang duduk bersila, lalu duduk di sana hingga shalat dimulai. Bagian atas, didominasi oleh orang Asia, persaingan tidak seketat di bagian bawah. Adzan Shubuh dilakukan dua kali dengan selang waktu 1 jam antara adzan pertama dan kedua.

5. Agar tidak terpapar langsung angin dari kipas angin di lantai 2 Masjidil Haram, carilah lampu gantung, dan duduk di bawahnya. Agar bawaan tidak banyak, gunakan jaket sebagai sajadah.

6. Agar sandal tidak hilang, bawalah tas lipat khusus untuk menyimpan sandal. Bagi wanita, sandal yang terbungkus tas tersebut dapat melindungi bagian dada saat melakukan thawaf. Menggunakan kaos kaki bagi lelaki saat thawaf (ketika tidak sedang berpakaian ihram) akan membantu menghindari kaki pecah-pecah. Bagi suami isteri, sebaiknya suami berada di belakang isterinya untuk menahan dorongan dari belakang dan samping kiri-kanan, sedangkan isteri berusaha melindungi dirinya sendiri dari depan.



7. Jagalah wudhu, dan jadwalkan buang air kecil. Jarak toilet yang jauh dari masjid dapat memakan waktu 15 hingga 30 menit. Hindari ke toilet di antara shalat Magrib dan Isya, karena jalan dan pelataran akan penuh dengan orang yang tidak mau kehilangan tempat shalatnya. Semua toilet ada di basement. Bila penuh, cari toilet lain satu lantai di bawahnya.

8. Jangan kuatir dengan bau badan. Kelembaban udara di Saudi membuat Anda akan terhindar dari bau badan walaupun sering berkeringat saat thawaf dan sa’i.

9. Hindari desak-desakan terutama di escalator kompleks Masjidil Haram. Penumpukan manusia di escalator telah beberapa kali menimbulkan musibah. Sabarlah saat mengantri untuk shalat di Raudhah Masjid Nabawi, sebagaimana antrian thawaf di Masjidil Haram. Jangan desak orang di depan Anda, walaupun ada yang mendesak Anda dari belakang. Bila perlu, berjalanlah sambil membebankan diri ke belakang untuk menetralkan dorongan dari belakang.

10. Warna putih di Saudi adalah warna untuk pakaian lelaki. Warna hitam adalah warna untuk pakaian perempuan, dan imam besar Masjidil Haram. Mukena putih yang hanya digunakan oleh jamaah wanita Asia Tenggara justru menjadi anomali bagi aturan tidak tertulis tersebut. Mukena jamaah wanita Afrika malah berwarna-warni, hijau, biru, kuning, dsb.

===

Sumber : binamuslim

Share this post

scroll to top