Ummu Syarik Al-Qurasyiyyah Sang Da’iyah; Teladan Dakwah Muslimah

Ilustrasi. (Foto: gaulfresh.com)

Ilustrasi. (Foto: gaulfresh.com)

Akhwatmuslimah.com – Sangat miris apabila banyak kaum muslim terutama kaum muslimah yang tidak mau terjun dalam mendakwahkan agama Alloh Subhanahu Wa Ta’ala di zaman ini. Alangkah baiknya jika kita merenungi perjalanan wanita mulia satu ini. Seorang wanita yang tetap berani “beramar ma’ruf nahi munkarwalau siksa, ancaman, dan ujian melandanya. Dia adalah Ummu Syarik Al-Qurasyiyyah.

Nama aslinya adalah Ghaziyah binti Jabir bin Hakim. Dia adalah salah seorang wanita Quraisy keturunan Bani ‘Amir bin Lu’ay. Dia adalah istri Abul Akir Ad-Dausi. Islam merasuk ke dalam hati Ummu Syarik saat dia berada di Makkah. Sejak iman telah merasuk ke dalam hatinya dan menyadari akan kewajiban agamanya yang lurus, dia pun mengisi hidupnya untuk menyebarkan dakwah tauhid, meninggikan kalimah Alloh, dan mengangkat panji-panji laa ilaaha illallooh Muhammadur Rasulullooh.

Dia memulai dakwahnya dengan mendatangi para wanita Quraisy secara sembunyi-sembunyi. Dia menyeru dan menganjurkan mereka masuk Islam tanpa pernah mengenal lelah dan bosan, meskipun ia tahu resiko yang akan menimpa diri dan hartanya akibat tindakannya itu. Menurutnya, iman bukanlah hanya sekedar ucapan lisan. Iman adalah sebuah hakikat yang menuntut adanya tanggung jawab, amanat yang harus ditunaikan, dan perjuangan yang membutuhkan kesabaran.

Setelah melakukan dakwah secara bergerilya beberapa lama, Alloh berkehendak menguji dirinya dengan berbagai fitnah. Penduduk Makkah mengetahui kegiatannya dan menangkapnya. Mereka berkata: “Kalau bukan karena kaummu, tentu kami akan berbuat sesuka hati kepadamu. Akan tetapi, kami akan menyerahkan dirimu kepada mereka.”

Ummu Syarik menuturkan sendiri kisahnya: “Keluarga Abu ‘Akr –keluarga suamiku—datang kepadaku, lalu berkata: ‘Barangkali engkau telah memeluk agamanya (Muhammad).’ Aku menjawab: ‘Demi Alloh, aku memang telah memeluk agamanya.’ Mereka berkata lagi: ‘Tidak diragukan lagi, demi Alloh, kami pasti akan menyiksamu dengan siksaan yang berat.’ Mereka pun membawaku pergi dari tempat tinggalku. Waktu itu kami berada di Dzil Khalashah –suatu tempat di Shan’a (ibu kota Yaman).

Mereka membawaku menuju suatu tempat. Mereka menumpangkan aku di atas punggung unta yang lambat jalannya, tanpa alas kaki atau pijakan kaki sama sekali. Mereka memberiku roti dan madu, tapi mereka tidak memberiku air minum walaupun setetes sampai tengah hari dan saat matahari sedang terik-teriknya. Dalam keadaan demikian, mereka singgah di sebuah tenda, sementara aku dibiarkan tetap berada di bawah terik matahari sehingga pikiran, pendengaran, dan penglihatanku seolah-olah telah hilang. Mereka memperlakukan aku seperti ini selama tiga hari. Pada hari ketiga, mereka berkata kepadaku: ‘Tinggalkan agamamu yang baru ini!’ Aku tidak mampu menangkap seluruh perkataan mereka, kecuali beberapa kata saja, dan aku hanya memberi isyarat dengan jariku ke langit sebagai ungkapan tauhid.”

Ummu Syarik melanjutkan kisahnya: “Demi Alloh, dalam keadaan demikian itu, tiba-tiba ada satu timba berisi air sejuk menggelantung di hadapanku. Setelah kuminum airnya satu teguk, timba itu terangkat, sehingga aku pun memperhatikannya. Ketika timba itu tergelantung di antara langit dan bumi, aku pun tidak bisa meraihnya. Timba itu kembali turun untuk kedua kalinya hingga aku bisa meminumnya satu teguk lagi, lalu terangkat lagi dan tergelantung di antara langit dan bumi. Tidak lama kemudian timba itu kembali turun untuk ketiga kalinya. Kali ini aku bisa minum sampai puas dan sisanya aku siramkan ke atas kepalaku, wajahku, dan pakaianku.

Melihat keadaanku, orang-orang yang membawaku bertanya: ‘Dari mana engkau dapatkan air, wahai musuh Alloh?’ Aku menjawab: ‘Sesungguhnya musuh Alloh adalah orang-orang selain aku, yakni mereka yang menyalahi dan memusuhi agama-Nya. Adapun pertanyaan kalian: ‘Dari mana datangnya air’, maka air itu adalah rezeki yang diberikan Alloh kepadaku.’



Mereka pun bersegera memeriksa wadah penyimpanan air mereka, barang kali air itu diambilkan dari sana. Setelah mereka mendapatkan bahwa air mereka tidak kurang sedikit pun, maka mereka berkata: ‘Kami bersaksi bahwa Tuhanmu adalah Tuhan kami juga dan bahwa yang memberimu air di tempat ini setelah kami memperlakukanmu sedemikian rupa adalah Tuhan yang mensyari’atkan Islam.’ Mereka lalu masuk Islam semuanya dan berhijrah ke pangkuan Rasulullah . “

Semoga Alloh mencurahkan rahmat-Nya kepada Ummu Syarik yang telah memberikan keteladanan dalam mendakwahkan agama Alloh, keteguhan hati dalam mempertahankan iman dan aqidah, serta sabar dalam menghadapi segala cobaan karena memegang teguh agama Alloh. Tidak pernah sedikit pun terlintas di hatinya untuk melepaskan aqidahnya agar bisa menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan kematian. Dialah wanita yang karena keteguhan imannya dan kesabarannya menghadapi siksaan, dimuliakan Alloh dengan memberikan petunjuk kepada kaumnya untuk memeluk Islam.

Hal itulah yang seharusnya menjadi orientasi setiap muslim dalam aktivitas jihadnya. RasulullahShollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

“… Demi Alloh, jika Alloh memberi petunjuk kepada seseorang lantaran dirimu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada harta yang berlimpah.” [Muttafaq ‘alaih]

====

Sumber: Buku “Shahabat wanita utama Rasulullah dan keteladanan mereka” karya Mahmud Mahdi Al-Istambuli, Musthafa Abun Nashri Asy-Syilbi, fajrifm

Share this post

scroll to top