Hidup Ini Adalah Tentang Fokus. Dan Fokus Kita Adalah Ridha Allah

(Foto: kaligrafinusantaraonline.wordpress.com)

(Foto: kaligrafinusantaraonline.wordpress.com)

Akhwatmuslimah.com – Rasulullah SAW pergi berdakwah ke Tha’if pada Amul Huzn (tahun kesedihan), yaitu tahun di mana Khadijah dan Abu Thalib meninggal dunia.

Yang terjadi di Tha’if adalah beliau ditolak mentah-mentah, bahkan dilempari batu sampai berdarah. Tetapi tetap, beliau tidak komplain tentang Allah, tetapi langsung mengadu kepada Allah.

Perhatian beliau saat itu bukan derita beliau, tapi asalkan Allah tidak marah pada beliau. Perhatian beliau adalah ridho Allah.

Tiga respon terhadap kesulitan:

1. Rasa marah pada Allah.

Semoga kita tidak pernah merespon kesulitan dengan ini. Ini adalah respon orang-orang yang akhirnya menjauh dari Allah.

2. Sabar.

Bahkan jika kita terluka, kita tidak mengeluh terhadap Allah. Tapi kita boleh mengadu ke Allah, artinya kita menghadap Allah dan meminta pertolonganNya, menyadari bahwa kita ini tidak ada apa-apanya tanpa-Nya. Tidak ada musibah yang menimpa seorang muslim melainkan musibah itu membersihkan dirinya dari dosa, asal kita meresponnya dengan benar. Salah satu alasan Allah menimpakan kesulitan pada seseorang adalah untuk menyucikannya.



3. Ridha.

Bukan hanya sabar, tapi lebih tinggi dari itu. Ridha apapun yang Allah tetapkan. Inilah responnya Rasulullah. Tahap ini tidak hanya menyucikan diri, tapi juga mengangkat derajat.

Kesulitan, justru mendorong Anda untuk dekat pada Allah.  Karena kalau sudah kehabisan pertolongan makhluk dan cara-cara dunia, satu-satunya cara adalah melihat ke “atas”.

Pasca peristiwa Tha’if, ada malaikat penjaga gunung yang menawarkan untuk menghancurkan masyarakat Tha’if dengan menimpakan gunung ke atas mereka. Tapi Rasulullah menolaknya, karena bisa jadi keturunannya ada yang beriman.

Kapan terakhir kali kita dikecewakan orang? Rasa kecewa itu pasti tidak ada apa-apanya dibandingkan yang dialami oleh Rasulullah. Tapi kita inginnya membalas.

Hidup ini adalah tentang fokus. Dan fokus kita adalah ridha Allah, bukan ego kita sendiri. Ketika peristiwa haditsul ifki (Aisyah difitnah), Rasulullah tidak mementingkan ego, tapi apakah Aisyah benar/tidak, dan bagaimana hubungan Aisyah dengan Allah.

Amul huzn yang dialami Rasulullah, dibalas dengan yang jauh lebih baik: isra’ mi’raj. Saat beliau begitu dekat dengan Allah. Dan hadiah untuk ummat beliau adalah: shalat. Kita seringkali menganggap shalat itu beban, padahal shalat itu tempat berlindung dari badai. Rasulullah mengatakan bahwa shalat itu adalah penyejuk mata.

Setan itu fokusnya hanya satu: menyesatkan manusia. Sedangkan manusia banyak fokusnya. Pelindung kita terhadap setan: dzikrullah. Hati-hati, karena setan itu bisa membuat yang hitam terlihat putih, dan sebaliknya. Hijab disebut pengekangan, alkohol jadi menarik, dsb.

Jika kita berlindung dengan shalat, insya Allah kita akan bisa melihat dengan benar. Mengarungi lautan dunia ini, jika kita berpegang dengan dzikrullah, shalat, Quran, insya Allah kita tidak akan tenggelam. [ ]

===

Sumber: henings , Yasmin Mogahed

Share this post

scroll to top