Tetap Kompak Walau Belum Ada Anak

muslim-couple-newly-wedAkhwatmuslimah.com – Belum adanya anak tak seharusnya merenggangkan, atau menjadi alasan lempar kecewa suami istri. Inilah sebetulnya waktu yang tepat untuk mempererat kedekatan dan menambah kekompakan berdua.

Semua pasangan suami istri tentu ingin memiliki rumah tangga yang harmonis. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti harmonis adalah seia sekata. Sedangkan keharmonisan adalah keselarasan atau keserasian. Upaya untuk meraih keselarasan dalam hubungan suami istri tergantung seberapa besar konsistensi sikap saling menghargai, menyayangi, dan kepercayaan antarmereka. Sama sekali bukan bergantung pada ada atau tidaknya anak.

Masalah belum adanya keturunan memang bukan hal sepele. Namun jika ketiga sikap tadi terus dipupuk, badai seberat apa pun dalam rumah tangga insya Allah akan dapat dilalui berdua. Tinggal bagaimana suami istri mengusahakan agar mereka semakin kompak di tengah kerinduan akan anak.

KOMUNIKASI

Menurut alumnus Fakultas Psikologi UI, Ery Retno Artini, Psi, kekompakan pasangan salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan suami dan istri dalam mengomunikasikan masalah masing-masing kepada pasangan dan kematangan psikologis suami istri. “Komunikasi adalah kuncinya. Salah satu dari pasangan menyadari bahwa mereka mesti berkomunikasi. Jika itu menemui hambatan, bila perlu, minta bantuan psikolog untuk belajar berkomunikasi,” jelasnya.

Ketika melihat perempuan lain yang tengah hamil, perasaan iri, sedih, dan sebagainya, bisa muncul. Karena kemudahan mereka berkomunikasi, istri bisa dengan leluasa menyampaikan perasaannya itu kepada suami. Sedangkan suami, mengambil peran dengan menjadi pendengar yang baik. Atau bila suami guyon kepada istri, misalnya, “Kucing saja bisa hamil, kok, kamu enggak hamil-hamil, sih? Istri tak perlu marah. Tanggapi pula dengan santai, seperti “He-he-he, memangnya aku kucing?”

“Jika pasangan sudah bisa bercanda dengan kekurangan atau kesulitan yang dialami, maka pasangan itu sudah dapat menerima kondisi yang Allah berikan kepada mereka,” ujar Ery.

 



SALING MENDUKUNG

Kesulitan memiliki anak sebenarnya bisa datang dari kedua pihak, baik dari istri maupun suami. Biasanya, tambah Ery, suami lebih jaim dan tidak mau diperiksa. Sementara istri, seperti dikatakan tadi, sering menjadi sasaran tembak dari lingkungan sehingga membuatnya tertekan.

Menghadapi kondisi itu, suami istri sebaiknya saling memberi dukungan, saling menguatkan. Untuk kasus di atas, misalnya, istri dapat memberi dukungan dan motivasi kepada suami untuk bersama-sama melakukan pemeriksaan medis. Sementara suami, hendaknya mampu memahami stres yang dialami istri karena anak yang dinanti-nantikan belum jua hadir dan memberinya dukungan moril. Jika pasangan kompak, tekanan yang datang dari luar tentu mudah mereka tepis.

 

BERAKTIVITAS BERDUA

Belum hadirnya si kecil dalam kehidupan suami istri, bukan berarti dunia berhenti berputar. Amat disayangkan bila hari-hari selama masa penantian itu dilalui dengan kehampaan tanpa ada sesuatu yang dapat mengeratkan rasa di antara suami dan istri. Selain penguatan di sisi ruhiyah, dengan memperbanyak rasa syukur dan berbaik sangka kepada Sang Maha Pengabul Doa, pasangan bisa melakukan berbagai aktivitas bersama.

Seperti dilakukan Novi (36), yang baru memperoleh buah hati setelah 11 tahun menikah. Bagi Novi, salah satu hal positif dari belum dianugerahi anak adalah ia justru semakin memiliki banyak waktu berdua suami. Ia dan suami mengisinya dengan beberapa kegiatan, yang mungkin tidak bisa mereka lakukan bila sudah ada buah hati.

Ery, yang juga trainer untuk guru, orangtua, dan pasutri, pun menyarankan hal yang sama. Salah satunya, dengan melakukan kegiatan sosial yang berkaitan dengan anak, seperti mendirikan sekolah atau mengurus yatim piatu. Dengan begitu, kerinduan akan anak dapat terobati.

Cara lain, mengambil anak asuh. Anak tesebut bisa diasuh setiap hari dan tinggal di rumah, atau hanya Sabtu-Ahad anak tersebut datang dan pada hari lainnya ia tetap di rumah orangtua kandungnya.

Hal yang bisa juga dilakukan adalah jalan-jalan (traveling). Sejenak terbebas dari rutinitas sehari-hari dengan mengunjungi tempat-tempat baru, diyakini mampu mengusir kepenatan dan membuat orang merasa lebih fresh. Apalagi, ini dilakukan berdua. Suasananya tentu jauh lebih menyenangkan, seperti layaknya bulan madu.

Melanjutkan sekolah, bisa menjadi salah satu pilihan untuk mengisi waktu. Tak sedikit perempuan yang enggan meneruskan pendidikannya karena sudah kerepotan mengurus anak. Nah, bagi suami istri yang belum ‘direpoti’ anak, tak ada salahnya mencoba tantangan baru dengan bersekolah lagi. Atau, bila belum ada kemauan untuk melanjutkan sekolah, pasangan juga dapat menjajaki peluang berwirausaha.

Apa pun kegiatan yang dilakukan, sebaiknya itu dapat membuat ikatan hati suami dan istri terjalin lebih kuat. Jangan malah sibuk sendiri-sendiri dengan berbagai kegiatannya hingga melupakan pasangan. “Hal itu tak boleh terjadi karena seharusnya kegiatan-kegiatan tersebut semakin mendekatkan pasangan,” pesan Ery.

 

Sumber : UmmiOnline

Share this post

scroll to top