Akhwatmuslimah.com – Al Qur’an dapat memelihara dan menyelamatkan otak manusia dengan cara membaca atau menghafalkannya. Apalagi kegiatan tersebut dilakukan sejak anak-anak dalam usia pertumbuhan. Dengan kata lain, “Al Qur’an save the brain”.
Pendapat ini mengemuka dalam Seminar “Peran Ayah dalam Mengansipasi Dampak Media Visual pada Perkembangan Psikologis Anak” yang diselenggaran Sekolah Nurul Iman, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Sabtu, 9 Mei 2015. Tampil sebagai pembiacara Ahli Syaraf Dr. dr. Tiara Aninditha, Sp.S, Pakar tadabbur Qur’an Ust. Bachtiar Nasir, Lc, MM, dan artis muslimah Astrie F. Ivo.
Dalam paparannya Dr. dr. Tiara Aninditha yang juga Dosen Syarah di Faklutas Kedokteran UI, menjelaskan bahwa usia 0 sampai 5 tahun adalah masa terbaik dalam pertumbuhan syaraf-syaraf otak anak. Sedangkan usia 7-15 tahun adalah masa terbaik dalam pembangunan koneksi antar syaraf otak.
“Sehingga asupan interaksi yang berlangsung antara anak dan orangtua pada usia itulah yang akan menjadi pegangan hidup seseorang pada usia berikutnya,” papar dr. Tiara.
Seseorang yang sering melihat kekerasan, ungkapnya, baik dari orangtua, sosial media, atau gadged, seperti games kekerasan, maka dari hasil penelitian yang dilakukan pada anak yang selama dua minggu terus-menerus bermain game, hasilnya cukup membuat salah satu bagian otak anak itu menjadi tidak berfungsi, alias si anak menjadi bebal.
“Yang akan mereka tiru hanya perilaku kekerasannya,” ungkap dr. Tiara.
Dokter syaraf yang praktek di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ini, menegaskan mengapa Islam pernah mengalami masa “golden age” (masa kejayaan) di masa awal pertumbuhan Islam –dengan banyaknya lahir pemikir-pemikir muda–, karena anak-anak pada masa itu sangat dekat dengan Al Qur’an. “Artinya, Al Qur’an save the brain,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, jika para orangtua ingin mendidik anaknya dengan benar dan cerdas secara edukasi, maka disarankan untuk mengajarkan Al Qur’an sejak dini. “Jadi tidak benar, jika ada yang mengatakan bahwa untuk mencerdaskan otak anak, makasejak dalam kandungan harus sering diperdengarkan dengan musik klasik,” ujar dr. Tiara yang menganjurkan seaiknya ibu-ibu hamil untuk banyak membaca atau mendengarkan murotal Al Qur’an.
Senada dengan dr. Tiara, Ust. Bachtiar juga menegaskan Al Qur’an memang mampu menyembuhkan otak yang sudah “rusak”. Menurutnya, tidak benar jika otak anak-anak yang telah dirusak oleh peristiwa kekerasan di dalam rumah tangga atau oleh games kekerasan, maka tidak dapat disembuhkan di hari tuanya.
“Yang dapat menyembuhkannya hanya Al Qur’an, baik dengan cara dibaca atau dihafalkan,” ujar Ust. Bachtiar sambil mencontohkan pada riwayat hidup sahabat Rasullah khalifah Umar bin Khatab dan Khaid bin Walid.
“Khalifah Umar bin Khatab dan Khalid bin Walid itu sebelum masuk Islam, mereka adalah orang yang sangat dekat dengan kekerasan. Mereka disebut “singa dan serigala gurun pasir”. Namun saat mereka sudah masuk Islam dan dekat dengan Al Qur’an, mereka pun kemudian menjadi orang-orang terbaik di zaman kejayaan Islam,” ungkap Ust. Bachtiar.
Tentang peran ayah dalam membentuk jiwa dan karakter anak, Ust. Bachtiar memaparkan kisah Nabi Ya’qub di dalam Al Qur’an. Dimana dari kisah sebelum wafatnya Nabi Ya’qub tersebut, ada tiga poin penting yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan seorang ayah selama hidupnya dalam mendidik anak-anaknya.
“Pertama, tanamkan pada jiwa anak untuk selalu mentauhidkan Allah. Kedua, agar anak tidak menyekutukan Allah. Dan ketiga, anak-anak harus terikat pada syariat (aturan/tuntunan) Allah dan Rasulnya,” tandas Pimpinan AQL Islamic Center ini. “Jika ketiga hal itu sudah kita ajarkan secara sungguh-sungguh, isnya Allah kita telah lulus sebagai ayah yang amanah.” [ ]
=====
Sumber : youtube