7 Hikmah Dari Kisah Dakwah Nabi Yunus

Ilustrasi.

Ilustrasi.

Akhwatmuslimah.com – Adalah Yunus bin Matta. Ia telah diutuskan oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk di sebuah kampung bernama Ninawe di daerah Mosul, Irak dimana daerah tersebut dulu masuk dalam wilayah Syam. Ia menemui mereka berada di dalam kegelapan, kebodohan dan kekafiran, mereka menyembah berhala menyekutukan kepada Allah.

Yunus pun menyampaikan kepada kaumnya bahwa ia adalah seorang nabi yang di utus untuk menuntun kaumnya dan meluruskan akidah kaumnya hanya menyembah Allah semata (tauhid) dan meninggalkan segala perilaku jahat dan maksiat. Nabi Yunuspun menasehati kaumnya dengan bahasa yang lemah lembut, tapi mereka tidak memperdulikan apa yang disampaikan nabi Yunus. Tapi yang didapat hanya olokan dan cacian.

Selama lebih tiga puluh tahun menyeru kebaikan, dia hanya memperoleh dari dua orang. Rubil dan Tanukh. Nyaris Yunus putus asa. Allah pun meminta Yunus untuk berdakwah lagi selama 40 hari namun tidak ada perubahan yang terjadi pada kaumnya. Meskipun nabi, tapi ia masih memiliki  kefitrahan sebagai manusia, Dia pun sudah tidak tahan lagi dengan keadaan kaumnya, sehingga Nabi Yunuspun menyeru kepada kaumnya, Ia telah diberi wahyu oleh Allah SWT untuk menyampaikan berita bahwa  Allah akan mengadzab mereka karena sikap mereka itu setelah berlalu tiga hari. Menimpakan azab kepada kaum Ninawe berupa azab yang pedih seperti azab yang ditimpakan Allah kepada kaum madyan. Setelah mengucapkan itu pada kaumnya Yunus pun pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Seperti yang tersurat dalam QS. Al-Anbiya : 87.

Sepeninggal Yunus, awan hitam pun menggulung dengan suara petir yang menyeramkan. Seluruh penduduk pun berkumpul di tanah lapang menyatakan taubatnya secara masal dan sungguh-sungguh dan merekapun mengakui Yunus sebagai Rasul mereka. Perlahan gumpalan awan itupun menipis hingga sirna. Warga Ninawa berusaha mencari Yunus kembali.

Ketika itu, kaum lelaki, wanita, dan anak-anak menangis karena takut adzab menimpa mereka, dan mereka berdoa dengan suara keras kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar adzab itu diangkat dari mereka. Saat Allah melihat jujurnya taubat mereka, maka Dia menghilangkan adzab itu dari mereka serta menjauhkannya. Allah Ta’ala berfirman,

“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus. Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka adzab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kamiberi kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu.” (QS.Yunus: 98)

Saat itu Yunus berfkir telah menunaikan kewajibannya menyuru kaumnya, padahal Allah belum mengizinkan ia pergi meningglkan kaumnya. Sehingga Allahpun memperingatkan Yunus secara tidak langsung dengan ujian yang akan dihadapinya selepas meninggalkan kaumnya.

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu iamenyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka iamenyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”–Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya daripada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS.Al Anbiyaa’: 87-88)



Keadaan yang sangat gelap. Dalam al-Qur’an diungkapkan dengan bentuk jamak (plural). Arti harfiyahnya adalah kegelapan-kegelapan. Sehingga Abdullah bin Mas’ud mengatakan bahwa Nabi Yunus berada dalam “gelapnya laut, gelapnya perut ikan dan gelapnya waktu malam.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Abi Dunya,Ibnu Abu Hatim, dan dinilai shahih oleh Hakim)

Yunus pun pergi dari Ninawe dengan menggunakan kapal, dan di tengah perjalanan ombak laut menjadi dahsyat, angin menjadi kencang dan membuat kapal menjadi oleng hingga hampir saja tenggelam. Untuk menstabilkan kapal, maka barang barang dilemparkan ke laut, tapi kondisi kapal masih tidak stabil sehingga semua penumpang bermusyawarah untuk mengurangi jumlah penumpang dengan cara diundi.

Beberapa kali melakukan undian, ternyata undian itu jatuh kepada diri Yunus, tetapi mereka tidak mau jika Yunus harus terjun ke laut, maka undian pun diulangi lagi, dan ternyata jatuh kepada Yunus lagi, hingga undian itu dilakukan sebanyak tiga kali dan hasilnya tetap sama. Maka Yunus pun berinisiatif menceburkan dirinya ke laut.

“Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang Rasul, (ingatlah) ketika ia lari, ke kapal yangpenuh muatan, kemudian ia ikut berundi lalu dia termasuk orang-orang yang kalahdalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu” (QS. Ash-Shaffat : 139-148)

Pada saat yang bersamaan, Allah telah mengirimkan ikan besar kepadanya dan mengilhamkan kepadanya untuk menelan Yunus dengan tidak merobek dagingnya atau mematahkan tulangnya, maka ikan itu melakukannya. Ia menelan Nabi Yunus ke dalam perutnya tanpa mematahkan tulang dan merobek dagingnya, dan Yunus pun tinggal di perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawa mengarungi lautan oleh ikan itu. Ketika Yunus mendengar ucapan tasbihdari kerikil di bawah laut, maka di kegelapan itu Yunus berdoa,

Laailaaha illa Anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzoolimiin.”. Tidak adaTuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orangyang menganiaya diri sendiri. (QS. Al-Anbiya : 87)

Seandainya ia (Yunus) bukan termasukorang-orang yang bertasbih, pasti ia akan tetap berada didalam perut ikatsampai hari dibangkitkannya manusia (kiamat).” (QS. ash-Shaaffaat: 143-144)

Yunus pun dimuntahkan Paus di tempat tandus, lalu Allah menumbuhkan pohon sejenis labu, dimana ia dapat berteduh dengannya dan makan darinya. Selanjutnya pohon itu kering, lalu Yunus menangis dengan keadaannya, dan ia pun ingat dengan kondisi kaumnya jika merasakan adzab Allah tentu akan lebih sengsara dari apa yang dirasakan Yunus.

Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Yunus agar kembali kepada kaumnya untuk memberitahukan mereka, bahwa Allah Ta’ala telah menerima taubat mereka dan telah ridha kepada mereka. Maka Nabi Yunus ‘alaihissalam melaksanakan perintah itu, ia pergi mendatangi kaumnya dan memberitahukan kepada mereka wahyu yang diterimanya dari Allah.

Hikmah yang bisa diambil :

1. Kisah Nabi Yunus merupakan kisah penghibur bagi nabi Muhammad akan aktifitasnya dakwahnya dalam menyeru kaumnya. Sehingga menjadi bahan pelajaran yang berharga dan lebih menguatkan rasulullah dalam berdakwah kepada kaumnya.

2. Ketidaksabaran dalam dakwah membuat kita tergesa-gesa (istijal) dalam sikap yang akan kita ambil dalam dakwah, dan bisa jadi sikap itu adalah sikap para pecundang yang memilih menyerah dan meninggalkan medan pertempuran kerana merasa kecewa dengan usahanya yang tak kunjung direspon.

3. Pengikut yang sedikit dan cobaan yang selalu menghalangi serta waktu yang tidak sebentar menjadi tabiat jalan dakwah yang bisa kita pelajari dari kisah ini.

4. Selama masa dakwahnya yang lama, sebelum ia meninggalkan kaumnya, Nabi Yunus hanya mendapat dua pengikut. Hasil yang minimalis dan suasana yang tidak bersahabat sejatinya tidak menyurutkan da’i dalam melakukan aktifitas dakwahnya. Karena dakwah adalah berproses, tujuannya menyampaikan. Perkara objek dakwah itu menerima atau tidak itu sudah bukan wewenang para dai karena yang membolak-balikkan hati dan yang bisa mengalirkan hidayah hanya Allah swt.

5. Selalu meminta pertolongan kepada Allah atas segala sesuatu yang menimpa dalam aktifitas dakwah kita, karena doa salah satu cara mempercepat hasil dari usaha yang sudah kita lakukan.

6. Selalu menjadi pribadi yang terdekat dengan Allah, karena pertolongan Allah dan janji Allah akan berlaku bagi oaring-orang yang dekat dengan-Nya.

7. Selalu berprasangka baik dengan Allah terhadap apa yang sedang Allah timpakan kepada kita.

====

Sumber: herih

Share this post

scroll to top