Akhwatmuslimah.com – Kemenangan yang sudah di depan mata, sebagian pasukan Rasulullah SAW lengah. Di antara mereka ada yang sudah mengumpulkan harta rampasan perang. Beberapa orang pasukan pemanah pun tergoda melihat rekan-rekannya mengumpulkan harta rampasan yang melimpah. Mereka akhirnya meninggalkan posnya, lalu bergabung dengan pasukan lain yang sedang mengumpulkan harta rampasan.
Melihat kondisi ini, tiba-tiba saja Kholid bin Walid Ra, yang kala itu masih kafir berbalik menyerang. Bukit, rumah yang merupakan posisi srategis berhasil dikuasainya. Pasukan kaum Muslimin pun kocar-kacir. Beberapa orang sahabat bahkan melarikan diri dari medan pertempuran. Sebagian yang lainnya gugur. Rasulullah SAW sendirinya terluka dan gigi gerahamnya copot. Peristiwa tragis ini menimpa kaum Muslimin pada perang uhud. Perang yang nyaris merenggut nyawa nabi.
Kisah ini ditulis panjang lebar dalam surat Ali-Imran. Khususnya terkait mundurnya beberapa orang sahabat dari medan perang uhud, tanpa udzur syar’i.
RAHASIA SUKSES SETAN
Dalam surat yang sama, Allah menjelaskan faktor-faktor yang membuat mereka ladi dari pertempuran. Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh setan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka lakukan (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhny Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.” (Ali-Imron [3] : 155).
Ya, setan menjadi biang kerok dari peristiwa itu. Serangan tipu dayanya bisa menyerang siapa saja. Manusia-manusia terbaik sekelas sahabat bahkan sempat terjebak dalam irama yang dimainkan setan. Hal itu membuktikan bahwa memang setan tak pandang bulu dalam menggoda manusia.
Pertanyaan besar yang patut kita tadabburi adalah, mengapa setan berhasil memperdayai para sahabat-sahabat mulia itu?
AKIBAT MENYELISIHI RASUL
Setan memang sangat lihai dalm menggoda manusia. Namun sebenarnya ada faktor lain yang tak kalah penting yang memuluskan mewujudnya impian dan misi setan. Dalam tafsir Qurtubi disebutkan para sahabat lari dari medan pertempuran karena melalaikan perintah Rasulullah SAW. Rasul telah memerintahkan mereka agar tetap berada di atas bukit rumah, apapun yang terjadi. Tapi pasukan pemanah itu tidak mengindahkan perintah itu.
Seperti itulah perbuatan dosa. Sekecil apapun setan pasti akan selalu memanfaatkannya, untuk menjerat manusai, jika tidak segera ditutup dengan taubat, maka akan lahir darinya dosa-dosa yang lain yang lebih dahsyat. Para ulama salaf sering berkata “Hukuman pertama atas dosa yang pernah kita lakukan (jika tidak segera bertaubat) adalah akan lahir dari dosa itu, dosa-dosa yang lain.”
Mari kita koreksi diri kita, berapa larangan Allah dan Rasulnya yang telah kita langgar. Jelas sekali pelanggaran yang kita lakukan saat ini jauh lebih besar dan lebih banyak dari apa yang telah dilakukan para sahabat di perang uhud.
Tapi mengapa kita tetap santai tak terjadi apa-apa padahal, akibat dari terjadi perang itu, sudah berseliweran di depan mata kita. Kehinaan dan keterpurukan kian mengakrabi umat ini,tentu bukan untuk diratapi lalu pasrah terhadap keadaan. Kita mengingatnya sebagai bentuk evaluasi agar segera bangkit dari keterpurukan itu.
PERNYATAAN SIKAP IBLIS
Ada sebuah peristiwa menarik yang harus kita ingat. Yaitu ketika iblis menyatakan peristiwa pernyataannya sikapnya, beberapa saat sebelum dilempar ke bumi. Allah SWT dalam ayatnya ”Iblis menjawab, ‘ Karena engkau telah menghukum saya tersesat, (saya benar-benar akan menghalangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi kepada mereka dari muka dan dari belakang dan kanan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf [7]:16-17).
Inilah misi utama setan yang acap kali dilalaikan manusia. Setan sangat lihai dalam memoles dosa dan maksiat, sehingga tampak seperti indah dan saarat kebaikan. Kemunkaran dijadikannya indah dalam pandangan manusia. Karenanya Allah memperingatkan dan melarang keras setiap manusia mengikuti langkah dan seruannya. Allah berfirman ”Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Baqarah [2]:168).
Jika sudah disebut musuh, maka tidak ada kebaikan di balik penawaran. Selain kemunkaran secawan madu, maka tidak mustahil di dalamnya adalah racun. Apalagi bila yang menyebut musuh adalah Allah, sang pencipta segala mahluk.
Setan tetap akan menjadi ancaman paling berbahaya bagi manusia sepanjang masa. Wajar jika perintah agar waspada terhadap setan dan konco-konconya selalu diulang-ulang dalam Al-Qur’an. Tujuannya tak lain supaya kita terperosok dalam lubang yang sama.
SENJATA MELAWAN SETAN
Tapi kedigdayaan setan tidak membuat kita menyerah, apalagi ada informasi dari Allah yang menawarkan secercah harapan dan optimisme. Allah berfirman “Sesungguhnya tipu daya setan sangat lemah.” (An-Nisa [4] :76)
Tipu daya setan itu lemah. Tapi tidak serta merta setiap manusia pasti bisa merasakan lemahnya tipu daya tersebut. Dalam dialognya dengan Allah, setan menyingkapi spesifikasi hambanya tak mampu digoda dan dirayu. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman, “Iblis, menjawab: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (Shad [38] : 82-83).
Dari ayat di atas, jelaslah bahwa hanya keikhlasanlah yang mampu menghadang godaan setiap setan. Keikhlasan dalam arti menjalankan segala aktivitas ibadah murni karena Allah. Tidak ada unsur riya, mencari popularitas, status dan lainnya yang menumpangi niat dalam ibadah.
Sebaliknya, jika amalan-amalan kebaikan itu dilakukan karena ditumpangi oleh unsur-unsur, maka bisa dipastikan orang yang melakukannya akan menjadi umpan setan.
Untuk meraih keikhlasan memang tidak mudah. Ia merupakan karunia yang Allah berikan kepada hamba-hambanya yang sungguh-sungguh. Ikhlas akan didapat melalui RIDHAH (latihan) yang harus dilakukan terus menerus. Shalat adalah satu mediator utamanya. Dan muhasabah berkesinambungan yang akan merawat keikhlasan itu. Jika kita merujuk kepada sirah salafusshalih, maka seperti itulah yang mereka lakukan. Pada malam hari ia layaknya seperti rahib. Mereka habiskan sebagian malam nya untuk memunajat kepada Allah, tafakkur dan muhasabah.
Jika seorang hamba berhasil meraih ikhlas, maka otomatis ia akan terkondisikan untuk selalu mengingat Allah. Nilai-nilai ketakwaan senantiasa menyertainya dimana pun ia berada. Setiap kali setan membisikinya dengan dosa, ia langsung mengingatnya dan memohon perlindungan kepadanya. Taufik dan perlindungan dari Allah inilah yang menjadikannya kokoh dan selalu sukses dalam menaklukan tipu daya setan itu. Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang ikhlas! [ ]
Sumber: syaamilquran