Potret Keluarga dalam Al Quran

Ilustrasi. (Foto : ipoelpasid.blogspot.com)

Ilustrasi. (Foto : ipoelpasid.blogspot.com)

Akhwatmuslimah.com – Jika setiap kita ditanya, apa kitab sucinya, akan dijawab Al Quran.

Jika ditanya, apa mukjizat terbesar Nabi kita, akan dijawab: Al Quran

Jika ditanya, apa fungsinya, akan dijawab di antaranya: sebagai hudan (petunjuk)

Bahkan ditanamkan ke dalam diri setiap kita bahwa Al Quran adalah sumber segala ilmu. Hingga hari ini ramai dibahas tentang kemukjizatan ilmiah Al Quran.

Tapi sayang, sementara ini Al Quran masih disingkirkan dari fungsinya sebagai panduan bagi keluarga muslim.

Bicara tentang pola hubungan suami dan istri, sumbernya bukan Al Quran. Membahas tentang komunikasi orangtua dan anak, diambil dari berbagai teori yang bukan dari Al Quran. Bagaimana melahirkan orang-orang besar dari rahim keluarga, tidak mengacu pada ayat-ayat Al Quran. Tolok ukur keberhasilan rumah tangga juga terlalu sederhana, karena tidak menggali dari jernihnya mata air Al Quran.

Apalagi jika telah bicara teknis. Banyak yang berpikir bahwa Al Quran global dan tidak rinci. Sehingga, Al Quran hanya dijadikan stempel legalitas untuk melegalkan tips-tips yang terkadang menabrak Al Quran sendiri. Musibah…

Pendidikan seksual untuk anak, umpamanya. Dikarenakan bukan diambil dari Al Quran dan Nabi, maka hasilnya justru mengerikan. Alih-alih membuat anak menjadi berhati-hati dalam pergaulan, mereka malah pulang dari seminar dengan otak kotor. Mengapa? Karena sumbernya justru teori musuh Islam yang disadari atau tidak, sering mengandung racun yang dikemas dengan madu. Kasihan, keluarga muslim…



Maka, sudah saatnya kita berlari kembali kepada Al Quran dan Sunnah Nabi. Panduan yang abadi dan tidak akan rusak oleh apapun zaman yang dilaluinya. Panduan yang telah melahirkan generasi hebat pemimpin bumi lebih dari 1000 tahun.

Dari Nabi Hingga Manusia Biasa

Beberapa Nabi digambarkan oleh Al Quran sebagai kepala rumah tangga. Sehingga menjadi pelajaran dan keteladanan bagi keluarga kita.

Masing-masing dengan karakter keluarga yang berbeda-beda. Kisah-kisah itu disampaikan dengan pelajaran yang berbeda-beda.

Nabi Ibrahim umpamanya, sosok yang digambarkan sangat dominan sebagai sosok ayah istimewa. Semua sepakat bahwa Ibrahim adalah ayah hebat karena tidak saja melahirkan orang shaleh tetapi melahirkan dua Nabi sekaligus; Ismail dan Ishaq. Dari keduanya, lahir para Nabi berikutnya.

Subhanalloh

Keberhasilan Ibrahim dalam melahirkan dua muara kemuliaan itu, ditebarkan kisahnya dalam sekian banyak Surat dalam Al Quran. Bahkan ada satu surat sendiri yang bernama Surat Ibrahim. Sebegitu pentingnya untuk mendapatkan perhatian setiap keluarga muslim.

Setiap lantunan doa Ibrahim mengandung pelajaran sangat agung bagi konsep pendidikan keluarga. Bahkan susunan kata serta urutan tema doanya, sungguh di dalamnya terdapat panduan penting bagi keluarga yang ingin melahirkan muara kemuliaan.

Uniknya, Al Quran tidak hanya menyampaikan keberhasilan para Nabi di dalam rumah tangga. Nabi Nuh, ditegur Allah dalam Surat Hud karena kegagalannya mendidik salah satu anak laki-lakinya. Teguran itu seharusnya tidak membuat kita masih terus bertahan dengan dalih kegagalan Nabi Nuh, saat ada di antara kita yang gagal mendidik anaknya. “Nabi Nuh saja gagal mendidik anaknya, apalagi hanya saya…” begitulah dalih sebagian kita. Kalau hal itu untuk menghibur diri sesaat tidak masalah. Tetapi jika untuk lari dari tanggung jawab, ketahuilah bahwa Nabi Nuh saja telah ditegur Allah karenanya. Kisah Nuh gagal mendidik anaknya, lengkap dengan penyebab utamanya dalam Surat At Tahrim.

Hingga potret keluarga Rasulullah Muhammad yang diabadikan dalam Al Quran. Ada yang menggelitik perhatian kita tentang cara Al Quran mengabadikan keluarga Rasulullah. Jika Ibrahim sangat dominan digambarkan perannya sebagai kepala keluarga, Rasulullah Muhammad justru digambarkan dengan cara sebaliknya. Justru yang banyak digambarkan dari keluarga Rasulullah adalah pihak wanita;Ummahatul Mu’minin (istri-istri beliau). Apa pelajaran di balik semua ini? Itulah pentingnya kita menelurusi ayat per ayat dalam Al Quran untuk meraih pelajaran dan panduannya bagi keluarga kita.

Tak hanya para Nabi yang digambarkan dalam Al Quran. Keluarga manusia biasa juga digambarkan dalam Al Quran. Jika semua Nabi adalah manusia pilihan, walapun sebagian mereka gagal mendidik keluarganya. Manusia biasa yang keluarganya diabadikan dalam Al Quran ada dua macam; orang yang baik dan orang yang jahat. Orang yang baik diwakili oleh Imron dan Luqman. Orang jahat diwakili oleh Abu Lahab dan istrinya.

Ada yang lagi-lagi sangat menarik. Dari 114 Surat dalam Al Quran, hanya satu surat yang namanya mengandung kata: keluarga. Yaitu Ali Imron (keluarga Imron). Padahal Imron bukanlah Nabi. Seakan ada sebuah perintah agar kita punya fokus dalam mengambil pelajaran dari keluarga manusia biasa yang istimewa ini. Sebuah keluarga yang utuh keberhasilannya. Pasangan, anak hingga cucu. Bagaimana caranya, harus menelusuri kata per kata dalam ayat-ayatnya.

Kalau Imron adalah tokoh di masyarakatnya, bahkan seorang imam besar. Berbeda lagi dengan Luqman yang hanya masyarakat biasa. Bukan pemimpin. Hanya seorang penggembala kambing miskin yang tersingkirkan. Lengkap dengan penampilan yang tidak dilirik orang sama sekali. Tetapi, Allah muliakan dalam Al Quran. Bahkan nasehatnya dipilih Allah dari sekian banyak nasehat para ayah hebat di muka bumi ini. Jelas, ini bukan sembarang ayah. Pelajaran sangat khusus bagi setiap ayah.

Hanya Satu Sahabat, Itupun Tentang Keluarga

Dari ratusan ribu sahabat Nabi yang mulia. Dari orang-orang istimewa yang ada di antara mereka. Dari para pemimpin mulia dari kalangan sahabat yang tercatat istimewa dalam sejarah. Dari yang telah dijamin masuk surga. Dari banyak kisah mereka yang diabaikan dalam Al Quran.

Hanya ada satu sahabat saja yang namanya secara jelas disebut dalam Al Quran.

Ya, hal itu ada dalam Al Ahzab: 37. Sahabat itu adalah Zaid bin Haritsah radhiallahu anhu, putra angkat Rasulullah. Tentu ada sebuah fokus pelajaran yang ingin disampaikan Al Quran. Ternyata pembahasan ayat tersebut, selain tentang sebuah hukum dalam syariat Islam, berbicara tentang: Keluarga.
Bacalah ayat tersebut dan kita pun akan terheran-heran. Karena ternyata yang dikisahkan malah tentang retak dan karamnya bahtera rumah tangga.

Lho, mengapa?

Ya, karena di sana ada sebuah masalah serius pada keluarga umat Muhammadshallallahu alaihi wasallam ini.

Antara Anak Laki dan Perempuan

Ada pembahasan bagaimana melahirkan anak laki-laki yang istimewa seperti Ismail dan Ishaq (anak dari Ibrahim), Yusuf (anak dari Ya’qub), Sulaiman (anak dari Dawud). Atau pelajaran dari kegagalan mendidik anak laki-laki seperti kisah salah satu putra Nuh.

Ternyata, secara khusus Al Quran menyampaikan tentang potret keluarga yang berhasil mendidik anak perempuan. Dalam Surat Al Qoshosh disebutkan kisah dua wanita sholehah yang berinteraksi dengan Musa. Sebagian ulama tafsir menyebut bahwa dua wanita itu adalah putri dari Nabi Syu’aib.

Dari sinilah lahir sebuah karya ilmiah, tesis S2 di Universitas Yarmuk, Yordan. Ditulis oleh Lina Ahmad Muhamad Mulhim dengan judul: Ash Shifat at Tarbawiyyah lil Maratil Muslimah fil Quranil Karim (Pendidikan wanita muslimah dalam Al Quran Al Karim).

Sungguh sebuah panduan yang sangat lengkap…

Berorientasi Hasil

Apapun latar belakang keluarga, yang penting hasilnya istimewa. Tidak setiap keluarga beruntung sejak awal. Kalau Nabi Dawud adalah raja, kemudian Sulaiman juga menjadi raja. Maka itu kita katakan lumrah.

Tetapi dari kampung di pelosok padang pasir. Hidup dalam perjalanan yang setiap segmennya adalah cobaan berat. Ternyata mampu menghantarkannya sampai di kursi kepemimpinan negeri besar Mesir. Bacalah bagaimana Ya’qub menghantarkan Yusuf dari baduwi hingga singgasana Mesir.

Ada yang hidup dalam asuhan langsung orangtuanya sendiri. Ada yang hidup dalam asuhan orang lain. Apapun, hasilnya harus tetap istimewa. Lihatlah dengan jeli bagaimana ayat berbicara lahirnya wanita termulia di muka bumi ini: Maryam

Kesalahan yang dilakukan oleh seorang suami atau seorang istri dalam perjalanan hidup rumah tangga, tetap tidak boleh menggagalkan hasil yang baik. Kisah keluarga Nabi Muhammad dalam Al Quran mewakili hal tersebut. Tapi, siapa yang tidak kenal dengan putra-putri dan cucu beliau.

Sangat Teknis…

Sekali lagi, salah yang menganggap bahwa Al Quran sangat global dan tidak bicara teknis. Bagi yang menganggapnya seperti itu, berarti belum pernah menggali Al Quran secara dalam sebagaimana para ahli tafsir mengkaji. Karena Al Quran mengandung ilmu besar bahkan pada pilihan kata dan hurufnya.

Lihatlah dengan mata para ahli tafsir tentang teknis sangat detail berhadapan dengan ibu hamil. Yaitu dalam Surat Maryam: 22 – 26. Jika diberi judul: Bahaya kesedihan bagi Ibu Hamil dan cara mengatasinya.

Dahsyat bukan…

Bahkan ayat-ayat tersebut menantang para peneliti untuk datang meneliti setiap kata dari ayat-ayat tersebut.

Contoh lain, sebuah tesis S2 di Universita Ummul Quro, Mekah membahas tentang aplikasi pendidikan dari dialog orangtua dan anak dalam Al Quran. judul tesis tersebut adalah: Hiwar al Aba’ ma’al Abna’ fil Quranil Karim wa Tathbiqotuhut Tarbawiyyah (Dialog antara orangtua dan anak dalam Al Quran Al Karim dan aplikasi pendidikannya). Ditulis oleh: Sarah binti Halil Al Muthairi.

Di mana dibahas oleh penulisnya bahwa ada 17 tema dialog antara orangtua dan anak dalam Al Quran yang dicantumkan dalam 9 Surat. Apa saja isinya dialognya, bagaimana cara berdialog yang baik, apa aplikasi pendidikannya bagi keluarga kita, dan sebagainya, merupakan pembahasan yang dikaji detail dalam tesis tersebut.

Single Parent

Pembahasan tentang orangtua yang sendirian mengasuh anaknya, menjadi permasalahan yang dibahas serius oleh berbagai kelas parenting hari ini. Karena memang tidak mudah menjadi single parent dalam mengawal pendidikan anak-anak.

Tetapi lagi-lagi, belum menjadikan Al Quran sebagai acuan utamanya.

Al Quran memberikan dua potret orangtua yang seorang diri membesarkan dan mendidik anaknya hingga berhasil.

Potret pertama adalah single parent hakiki. Yaitu seorang ibu yang membesarkan dan mendidik anaknya seorang diri, dikarenakan suaminya telah wafat.

Potret kedua adalah single parent majazi (kiasan). Yaitu seorang ibu yang membesarkan dan mendidik anaknya seorang diri, dikarenakan suami jauh dari dirinya dalam waktu yang lama.

Yang pertama adalah potret Hana membesarkan dan mendidik Maryam, tanpa Imron yang telah wafat.

Yang kedua adalah potret Hajar membesarkan dan mendidik Ismail di lembah Mekah, tanpa Ibrahim yang tinggal di Palestina.

Bagaimana bisa tetap lahir Maryam dan Ismail yang hebat dan mulia, kita harus belajar dari Hana dan Hajar.

Sungguh, ini hanya sebagian dari begitu banyaknya pelajaran yang diberikan Al Quran kepada setiap keluarga muslim.

Ini hanya mukaddimah. Parenting Nabawiyah telah menyiapkan materi ini dalam 30 pertemuan. Semoga segera bisa dinikmati oleh keluarga muslim.

Ya Allah bimbing kami… [ ]

=====

Sumber : parentingnabawiyah

Share this post

scroll to top